Fifi dan Nana

Fifi - si kupu-kupu mungil - bertanya pada Nana si Bunga Lantana,"Nana, apakah kamu tidak bosan setiap hari seperti ini?". "Lho, memangnya kenapa, Fifi?,"jawab Nana, balik bertanya. "Setiap hari, aku melihat kamu selalu ada di sini, tanpa bergerak ke mana-mana? Hanya menggeleng-geleng, itu pun karena tertiup angin. Apa kamu senang dengan keadaanmu ini? ” kata Fifi.

Nana tersenyum, helaian mahkotanya terlihat indah.

“Fifi, sayang…, aku memang tidak bisa berpindah tempat seperti kamu. Dari dulu aku ada di sini, tidak pernah berjalan atau terbang seperti kamu. Tidak dapat melihat keadaan di tempat lain. Tapi tahukah kamu, aku tidak pernah minta punya keadaan seperti ini. Sebaliknya, aku juga tidak pernah membayangkan punya badan seperti yang lain. Aku…..ya.. aku. Tanaman perdu dengan bunga kecil-kecil dan bermahkota bunga berwarna-warni. Tubuhku beraroma tajam. Bahkan ada yang tidak menyukaiku karenanya” jelas Nana.

Sekali lagi Nana tersenyum “oh ya Fifi, setiap hari kamu hinggap di mahkotaku. Apa yang kamu kerjakan di situ?, “tanya Nana.

“Minum madu,”jawab Fifi singkat. “Nah, itulah, Fifi, salah satu yang membahagiakan aku. Aku bahagia jika dapat membuatmu puas dengan minum madu dari bunga-bungaku. Aku senang jika kamu senang. Bahkan, manusia boleh mengambil akarku. Mereka bisa memanfaatkannya sebagai obat pereda demam, penawar racun , penghilang nyeri, pereda TBC kelenjar, dan membantu menghentikan perdarahan. Belum lagi daun-daunku. Lalu, mengapa aku harus bosan dan tidak senang dengan keadaanku?’’ jelas Nana panjang lebar.

“Wow…,seperti itukah dirimu, Nana? Kamu benar , kamu ada bukan untuk memikirkan keadaan fisikmu, bukan pula untuk berkeluh kesah meratapi kekuranganmu. Kamu ada untuk menikmati hidup, memberikan banyak maanfaat kepada yang lain dan kamu ada untuk menikmati pengabdianmu pada penciptamu. Terima kasih, Nana, kamu sudah memberiku pelajaran hari ini. Aku pergi dulu ya, Nana.. sampai jumpa…., “kata Fifi sambil terbang menjauh. Nana tersenyum dan bergumam, “Semoga bahagia, kau, sahabatku…”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CACING BAWAH KULIT vs ALBENDAZOLE

Lomba Menghias Tumpeng

Takdir Tak Pernah Salah